onigiri

onigiri

Senin, 03 Juni 2013

Ta'aruf...

Bismillahirrahmanirrahiim…

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Mungkin angin tetap berhembus tak peduli walau keras ia menabrakku. Mungkin lantai tetap dingin walau ku duduk di atasnya. Mungkin juga kamu tak tersenyum ketika berpapasan denganku.

Namun saksikanlah… Aku seorang muslimah.


Aku berasal dari keluarga bahagia di salah satu sudut perumahan kota Medan. Rumah kecil yang dihuni empat orang yang kini hanya berpenghuni tiga karena aku merantau untuk menggapai mimpi.

Perlu kutekankan kalau aku bukan siapa-siapa. Hanya sebuah ruh yang dititipkan sepaket jasad untuk melakukan kebaikan.

Biru adalah warna kesukaanku. Warna yang mencerminkan sifat lembut dan sendu (walau aku tak sepenuhnya begitu).

Hari-hariku tentu diwarnai keceriaan seperti pelangi tanpa ujung. Seperti hari-harimu. Juga tentu ada ujian seperti badai tanpa kepastian. Juga seperti hidupmu. Tentu, karena kita hidup di dunia. Bukan Surga. Bukan Neraka. Belum.

Jika ditanya cita-cita, aku menginginkan Surga-Nya, Ridho-Nya, Cinta-Nya… tapi untuk menggapainya aku menjalani proses-proses itu. Dekat, jauh. Ghirah, futur. Semangat, lesu. Untuk itulah aku, juga kita, memerlukan sahabat, yang mengingatkan akan salah, yang mendukung akan benar.

Aku mencintai Ibuku. Wanita yang paling mengerti diriku. Yang paling tegar menjalani hidup. Yang membuatku selalu merasa kurang dan mencintainya saja tidak cukup.

Adik-adikku sedang masa pertumbuhan. Sedang lucu-lucunya. Sedang mengenyam bangku sekolah. SMA dan SD. Aku bangga akan mereka. Yang mau mengupgrade diri dengan organisasi, dan yang selalu ceria menemani Ibuku yang sendiri menghidupi kami. Aku juga berusaha untuk membahagiakannya, dengan caraku sendiri. Di tanah yang berbeda dengan tempat Ibuku menguras peluh.

Masa muda ini ingin kuhabiskan dengan karya. Karena hal itu akan ditanyakan untukku, untuk kita, di masa yang pasti terjadi. Bukan masa tuaku. Apalagi kanak-kanakku yang tak seberapa ingat.

Hmmm… aku rasa cukup sampai di sini perbualanku. Dan… entah mengapa rasanya angin melambatkan ritme derunya dan mengusap halus pipiku. Lantai juga, rasanya sedikit hangat setelah kududuki untuk menulis perkenalanku ini. Hmmm, apakah kamu juga sedikit tersenyum ketika berkenalan denganku?

Oh ya, namaku. Pentingkah namaku? Setidak penting apapun namaku, aku ingin nama pemberian orangtuaku ini menyandang suatu gelar yang akan membanggakan mereka. Ardina Ariyanti Mapres Nasional 2015. Aamiin…

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

From me to You, oh my Allah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar